19 Jun 2010

Tersiksa Karena Mimpi Besar?

Apa Anda punya impian besar?
Kenapa banyak orang memiliki impian besar dan mereka malah tersiksa dengan impian-impian besarnya itu? Padahal berapa banyak motivator yang menganjurkan kita untuk bermimpi?

Berapa banyak mahasiswa yang tersiksa karena memiliki impian besar, tetapi upayanya tidak sebesar upaya yang semestinya. Menjadi pribadi penunda, malas, ragu, takut, dan banyak lagi. Yang ga usah terlalu besar, sdikit saja ada aspek itu meracuni kehidupan, gagal lah dia sebelum bertanding.

Tersiksa karena memiliki impian besar...tanpa upaya besar, dan keyakinan yang besar.
 Unsur yang terakhir, yaitu keyakinan, adalah unsur yang paling terakhir, tapi paling mendasar agar kita tidak strez memikirkan impian-impian kita yang terlalu besar mungkin.

Tadi malem aku dapet sms dari sahabat baikku. Kemudian berlanjut menjadi obrolan seru, tapi tetep lewat sms. Dia menceritakan bahwa dirinya ingin sekali punya Panti Asuhan. Dia tanya, susah ya? pasti butuh biaya besar ya? Wajar dia menanyakan itu, dia masih berumur 24 tahun, dan memiliki tanggungan tak hanya satu orang, and...maaf, dia belum nikah. he he he apa hubungannya?
Ya pokoknya banyak hal yang menyebabkan hal itu wajar dia pertanyakan.

Menurut kalkulasi manusia, itu memang tidak mungkin, atau belum mungkin. Tapi menurut kalkulasi Allah, apa sih yang tidak mungkin? Tinggal kta lebih percaya kepada kalkulasi kita yang kadang-kadang aja bener, atau lebih bergantung ke Allah dengan kalkulasiNya yang Maha Benar?

LAKUKAN TUGASMU, BIAR ALLAH YANG MELAKUKAN TUGASNYA..
Kita bisa berdoa, nabung, deposito, investasi, dan masih banyak lagi.

JIKALAU KITA BELUM BISA MEMBERIKAN SESUATU YANG ADA HARGANYA,
BERILAH SESUATU YANG TAK TERNILAI HARGANYA...
Kasih sayang...perhatian...

Misal, ada yang ulang tahun, cukup kita datang mengucapkan selamat, bermain bersamanya, itu sudah sangat membahagiakan bagi mereka...apalagi kita bisa datang menjenguk mereka tiap minggu. Hm...kebayang kan betapa senangnya mereka

Ga usah nunggu nikah atau kita umur 40 tahun dulu kan? atau nunggu kita punya uang dulu kan? Belum tentu kita masih hidup. Ya kan?

Sekarang kita menganggapnya bahwa impian itu terlalu jauh. Namun jalanlah terus, peliharalah langkahmu, dan seiring berjalannya waktu, kau akan tahu bahwa mimpimu akan semakin nyata.

Bukankah setiap perjalanan yang jauh, berawal dari tujuan yang tidak nampak, namun kemudian ketika kita melangkah, lambat laun tujuan tersebut semakin dekat?
Jangan takut tersesat, atau buntu, Karena ALLAH yang akan membukakan jalan itu... kita hanya perlu yakin padaNya dan terus melangkah

So, don't worry...

BUTUH SEJUTA KEKUATAN NIAT UNTUK MAJU MENCAPAI IMPIAN, NAMUN CUMA DIPERLUKAN SECUIL KERAGUAN ATAU SECUIL KETAKUTAN YANG MEMBUAT SEMUA PERENCANAAN ITU GAGAL TERLAKSANA


Setiap kali kita mau mundur, tanyakan lagi, "Apa niatku?"...
"Lebih besar mana antara niat, atau ketakutanku?"

SELAMAT BERMIMPI!!
SELAMAT MELANGKAH!!!
DAN SELAMAT MEMEGANG TEGUH KEYAKINAN!!!

the power of dream, action, and belief!!!

Berlian di Permata Hati, Bogor...

Aku dan Ina sampai mungkin tak lebih dari jam 11.00 dan langsung bertemu dengan mba Saroh, salah satu pengurus panti. Kemudian bertemu dengan pengurus panti yang lain, yaitu mba Umi. Dan mereka berdualah yang mengurus ke-13 anak di Panti Asuhan Permata Hati, Bogor. Saat itu perbincangan kami masih kaku, dan sedikit terkesan formal. Anak-anak panti pun belum diperkenalkan kepada kami. Bisa jadi, karena masih awal dan belum ada yang mencoba melakukan ice breaking (ice cream sih udah). Tapi kami terus saja bertanya, dan memang rasa ingin tahu kami lumayan besar. Baiklah, deskripsi saya berikutnya akan lebih bersifat subyektif, karena ini yang aku lihat, bukan yang "kami" berdua lihat.

Sesaat kemudian aku keluar untuk membeli amplop di warung. Aku tinggalkan temanku di sana bersama dengan mba Umi dan mba Saroh. Sekembalinya dari warung, aku diperkenalkan dengan anak-anak panti. Dua masih balita, Ata yang baru berumur 40 hari, diasuh oleh mba Umi, dan dia dititipkan ibunya, tapi insyaALLAH dua tahun lagi akan diambil. Alasan ibunya karena sang Bapak sudah tidak ada dan dia harus bekerja. Sedangkan yang satunya masih berumur 30 hari, si mungil yang aku lupa namanya. Tubuhnya kecil, mungkin lahir prematur, beratnya cuma 22,5 Kg. Dia ditinggalkan di rumah sakit dengan alasan yang tidak diketahui. Dia diasuh oleh mba Saroh. Lucu-lucu anaknya, apalagi si Ata. Tapi aku belum berani gendong.

Jumlah total anak asuh Panti ada 39 anak, akan tetapi ada sebagian yang di Jl. Roda. Tempat yang aku datangi ada di Jl. Mushola, Kopem, Ciparigi, Bogor. Untuk saat itu memang ada 10 anak-anak di atas lima tahun. Satu persatu anak-anak itu memperkenalkan diri. Ada Wahyu yang sudah kelas 4 MI (SD red.), ada Agil, A'ip, Wanda yang juga kelas 4, Dika yang dapat rangking di kelasnya, ada Reisar, maaf aku belum bisa hapal semuanya. Tapi yang paling aku ingat adalah kakak beradik, Dika dan Diki yang baru seminggu masuk di panti. Mereka masih berumur 6 dan 5 tahun. Ayahnya tertabrak kereta, dan ibunya menitipkan mereka berdua di panti, sampai batas waktu yang tak ditentukan. Who knows???
Selain yang masih anak-anak, ada dua yang telah berumur 20 tahun dan satunya lagi berumur 26 tahun yang tugasnya menjaga adik-adiknya.

Pelan-pelan aku mendengar mba umi dan mba Saroh bercerita tentang latar belakang kenapa anak-anak itu bisa sampai ke panti. Rata-rata anak-anak itu sudah ada di panti sejak bayi. Ada yang memang sengaja dititipkan orang tuanya, ada yang memang ditemukan. Ada beberapa yang beralasan karena tidak mampu membiayai anaknya kemudian menitipkan mereka di sana. Namun sayangnya, orang tua tersebut tidak pernah mengunjungi anaknya.

Setelah berkenalan, mereka segera bermain lagi. Awalnya mereka memang masih agak canggung dengan kami. Tapi kemudian aku keluar bersama mereka untuk mengambil beberapa gambar gedung dan anak-anak itu. Lama-lama mereka pun sudah mulai bisa akrab dengan kami. Apalagi saat aku menyuruh mereka untuk berkumpul dan berfoto bersama. Hm... ada senyum-senyum indah di wajah masing-masing anak. Satu anak yang agak aku nilai apatis, Wahyu. Namun aku yakin, dia anak baik yang pelan-pelan akan bisa mempercayai kami. Dan aku yakin diantara anak-anak lain, Wahyu memiliki potensi kepemimpinan yang menonjol.

Ada beberapa hal yang sempat membuatku tertegun, pertama, mereka bermain sepak bola hanya dengan bola kecil yang mungkin hanya sebesar bola tenis. Kemudian yang kedua, mereka bermain bulutangkis dengan papan sebagai raketnya, dan batu kecil sebagai kok-nya.
Hmmm...

Tiba saat sholat. Lagi-lagi aku pun terhenyak. Rendy anak paling kecil, mungkin masih berumur tidak lebih dari 5 tahun, begitu mendengar adzan, dia langsung berteriak..."Sholat Ma, aku mau sholat..." Rendy pun segera diantar mba Saroh untuk wudlu dan disusul oleh anak-anak yang lain. Memang untuk urusan ibadah, aku akui, aku kalah cepat. Ngaji pun dua kali, jam 16.00 dan setelah magrib. Selain itu ada guru les yang berkenan mengajar mereka. Semua sudah terjadwal.

Setelah sholat, aku dan Ina berniat pulang. Namun aku sempat ngobrol dengan anak-anak itu, sesaat sebelum mereka makan siang. Untuk kesekian kalinya aku bertanya nama ke mereka, soalnya memang aku susah menghafal dan jumlah mereka pun banyak. Tapi bukan itu yang ingin kubahas. Aku sempat bertanya kepada masing-masing, "Apa cita-citamu?"
Subhanallah, luar biasa. Tak perlu waktu lama, mereka berebutan menjawab.
"Aku ABRI"
"Aku Tentara" (sebenernya sama aja siiiyh)
"Aku Kyai", teriak si Dika besar.
"Aku ingin jadi masinis", tiba-tiba Dika kecil nyeletuk.
Mba Umi segera nyelonong masuk ke obrolan kami, "Waaah pingin balas dendam yaaaa...."
Aku masih belum ngeh kalau ayahnya Dika kecil meninggal karena tertabrak kereta. Begitu nyadar, aku sempet terdiam, ga tahu mesti ngomong apa lagi.
Aku buru-buru nyambung, "Gapapa jadi masinis...Bagus kok"
Kemudian aku alihkan pembicaraan ke hobi. "Adek-adek hobi sepak bola?", tanyaku sambil menyapu pandangan ke mereka satu persatu.
"Ya, tapi lagi seneng maen raketan". Mereka menyebut badminton dengan raketan, yang sebenernya bukan raket, tapi papan.
"Oh pake kayu itu ya?", tanyaku.
"Belum punya raket yang beneran ya?"
Mereka semua mengiyakan. Ada yang bilang karena harus beli, ga ada duit, ada yang bilang gampang rusak. Tapi aku mengambil kesimpulan karena memang belum ada dana untuk itu. Aku sempat mengetahui bahwa kebanyakan dana donatur memang untuk keperluan sehari-hari, bangunan, dan biaya operasional, termasuk biaya seragam sekolah dsb.
"Oke, insyaALLAH minggu depan kalau ada rejeki, aku bawain yaa...Tapi inget, harus dijaga baek2...Oke?"
Wajah mereka kelihatan cerah dengan harapan itu. Hm... Mudah2an Allah memudahkan niat dan rencana kami untuk mengadakan raket dan bola sepak untuk mereka.

Ada satu hal lucu ketika aku mau pulang. Tiba-tiba si Dika besar masuk ke kamar dan keluar sambil membawa buku dan pulpen.
"Teh, minta tanda tangan...", katanya.
Aku duduk di sofa yang kemudian dengan cepat dikerumuni anak-anak yang lain, dan mereka melihat aku menandatangani buku Dika, lengkap dengan nomer HP ku juga.
Aku tersenyum dan ga nyangka kalau respek mereka sampai segitunya.

Dan Ada satu pertanyaan yang membuatku sedikit terharu.
Wahyu bertanya, "Minggu depan teteh kesini lagi?".
Aku ga bisa nerangin ekspresi dia saat menanyakan itu. Tapi aku akan mengutip sms dari Minar Windari, begini bunyinya :

"IYA, MEREKA GREAT,KUAT...HIDUP DAN TUMBUH DENGAN KASIH SAYANG TERBATAS. KADANG SIMPATI DARI ORANG-ORANG DATANG, PADA HARI ITU MEREKA SENANG, TAPI CUMA, SETELAH ORANG-ORANG ITU PULANG, MEREKA KEMBALI SEPERTI BIASA, DI KEHIDUPAN PANTI, SAMBIL BERHARAP ORANG-ORANG ITU AKAN KEMBALI LAGI...BUKAN HANYA SUMBANGAN YANG MEREKA HARAPKAN, NAMUN JUGA PERHATIAN DAN KASIH SAYANG... SEBAGIAN ATAU MUNGKIN SEMUA BERHARAP PUNYA KELUARGA, DIADOPSI. TAPI SAYANGNYA TAK SEMUA MENDAPATKAN ITU. ADA YANG HARUS MENGHABISKAN MASANYA DI PANTI SAMPAI MEREKA HARUS BISA HIDUP MANDIRI..."

Betul banget...itu yang kadang dilupakan orang, bukan hanya simpati namun juga empati. Doakan semoga kita semua bisa menjadi teman bagi mereka, ga cuma kemaren, namun jg seterusnya...
Dan bukan mereka yang belajar dari kedatangan kami, namun sebaliknya...

Masih SMS nya Minar :

"TAPI ANAK-ANAK PANTI JUGA GREAT, MEREKA KUAT, SEPERTI KAMU BILANG, ALLAH TAHU KITA KUAT DAN BISA, YAH WALAUPUN GA KUAT-KUAT AMAT KAYAK BAJA STAINLESS C..DALAM HATI PASTI NANGIS, INGIN MERASAKAN JUGA SAAT MELIHAT ANAK-ANAK LAIN DENGAN KASIH SAYANG ORANG TUANYA. TP MEREKA NANGISNYA GA TERLIHAT, KRN KEADAAN YANG MEMBUAT MEREKA TIDAK TERBIASA UNTUK MELAKUKAN AKSI BUANG-BUANG AIR MATA. TAPI TANGIS DALAM HATI ITU SEBENERNYA LEBIH PERIH..YANG SERING MEREKA RASAIN..."

Kadang, betapa bodohnya kita menganggap kita mahluk paling sengsara di dunia, padahal lihat anak-anak ini? Sekecil itu sudah harus dihadapkan dengan kehilangan yang luar biasa. Kita baru kehilangan pacar aja udah mau bunuh diri. Naudzubilaaah...

O ya, rekan-rekan semua ini kekurangan-kekurangan yang sedang dibutuhkan oleh Panti Asuhan Permata Hati, semoga teman-teman terketuk hatinya dan berkenan membantu :
- Kasur, karena ranjang lebih banyak dibanding kasur
- susu SGM, pampers, minyak telon, untuk si balita
- sembako untuk semua. kami sempat tahu mereka makan siang dengan tahu, ikan asin, dan sayur sawi (yang masak anak-anak juga dibantu mba nya)
- pakaian layak pakai, lebih bagus lagi kalau yang baru
- seragam sekolah dan sepatu untuk Dika, Diki yang akan masuk sekolah.

O iya teman2, tanggal 21 Juni ini Wanda ulang tahun... Andai ada yang berkenan mengucapkan ulang tahun silahkan hubungi HP saya, nanti saya kasih nomer HP pengurus pantinya...

Dan, insya ALLAH minggu depan, maybe ahad, kita rencana ke sana lagi, membawa raket beneran dan bola sepak. Kiranya teman-teman berkenan membantu dalam pengadaan raket dan bola juga. Biar mereka bisa maen dengan enak..Lho? Rencana sih mau beli, tapi patungan.

Terima kasih buat Anda karena telah sabar membaca artikel sepanjang ini.
Buat Ina, tengs udah mau nemenin
Buat Minar, tengs udah bikin kalimat penutup yang sangat indah...Bisa bijak juga lu ya? masih muda gituh...hehehe

(ah wis mbuh bahasane campur2...)disini gunung disana gunung, ditengah2nya pulo jawa
dia bingung, sampean yo bingung, ya udah gapapa...

@Jakarta, 19 Juni 2010 -- 22.00
Keterangan lebih lanjut, buka http://permatahatibogor.wordpress.com/

12 Jun 2010

KECEWA ITU HARUZZ!! Efek Base Camp...

Barusan aku nonton tayangan Base Camp di Trans7. Kayaknya si...kalo tadi ga salah lihat. Ada sekitar 6 anak setingkat SMA yang ditugaskan oleh KepSek mereka masing-masing untuk menempuh pendidikan di DIKLAT TNI. Bukannya gimana2 siyh, tapi pas ngliat baju loreng-loreng itu jadi inget pas masa2 aku di Lembang, menjalani pendidikan di PUSDIK AJEN. Kira-kira ga jauh beda ma anak2 itu. Bedanya mereka karena ikut tawuran, kalo kita mah karena...karenaa...program

yang harus diikuti. di BNI.
Okeh lanjut lagi...Hmph..ternyata memang metodenya mirip2, ada lintas medan, PBB pastinya, ya gitu2 deh. Seragam mereka pun harus sama, agar ada perasaan senasib sepenanggungan. Tengah malam ada suara tembakan dan semua siswa harus siaga, bangun dengan pakaian lengkap. Ya persis tuh kayak pas di Lembang. Lucunya sih, ada satu anak yang ketinggalan, tetep molor sampe sang komandan turun tangan. Bagus juga ternyata efeknya...
Dan di ujung pendidikan yang selama 7 hari itu, masing-masing siswa dihdapkan dengan psikolog, Zoya namanya. sepertinya nama itu ga asing ya?
Pastinya bergiliran lah. Ditanya satu persatu apa yang membuat mereka kecewa, ttg ayah, ibu, atau anggota keluarga yang lain. Mba Zoya pintar sekali membawa perasaan anak-anak itu. Bahkan ada yang saking terharunya nangis dan ga bisa ngomong apa-apa lagi, saat salah satu dari siswa mengatakan bahwa adiknya dikucilin orang-orang. Dan dia ga bisa berbuat apa-apa. Dengan manisnya Mba Zoya bilang, kalau kamu jail, kamu tetap ga bisa bantu adik kamu kan?
Mak ZLEBBH...(langsung kena tuh anak).
Dan semua percakapan itu disaksikan oleh ibunda masing-masing siswa, dari tempat yang tersembunyi pastinya.
Setelah sesi PSIKOLOGI selesai, masing-masing siswa sholat berjamaah dengan komandan masing-masing. Tiba saat mengucapkan salam terakhir sholat, tengok kanan, tengok kiri, JREEENG!!
Sudah ada sang ibu yang menunggunya.
Ada yang bingung dan ga tahu mesti ngapain, dan ada yang langsung memeluk ibunya sambil menangis terharu. Subhanallah yaaaaa....

Saya melihat ada perbedaan yang signifikan antara sebelum pendidikan dan di akhir pendidikan. Anak-anak itu makin kompak, padahal seblumnya, beuuuuh boro2 dah...
Dan mereka semakin tahu makna keluarga, ada rasa rindu untuk pulang. dsb.

Kesimpulan yang bisa saya ambil dari tayangan tersebut :
1. Anak-anak yang bandel di sekolah pasti punya alasan yang menyebabkan mereka berbuat seperti itu, biasanya karena mereka ingin diperhatikan.
2. Ternyata selain alasan itu, ada kekecewaan yang teramat dalam yang membuat mereka nekad.
3. Bahwa hati mereka pun adalah hati yang masih suci yang butuh kasih sayang.

Lho apa hubungannya sama judul note ini?
Ya memang judul ini saya ambil dari sedikit penggalam cerita, pada sesi psikologi. Ada salah satu siswa yang mengemukakan bahwa "saya kecewa terhadap ibu saya karena tingkahnya kayak ABG". Saat mendengar itu, sang ibu yang diam2 mendengarkan pun serta merta menangis. Dan aku yakin, hanya ibu yang tak punya hati saja yang cuek bebek. Pastinya dia akan introspeksi diri dan berusaha berubah lebih baik. Begitupun dengan siswa yang tidak bisa berbuat apa2 ketika tahu adiknya dikucilkan. Dia bertekad untuk jadi orang yang berhasil agar dapat menjaga adiknya.

PERUBAHAN_PERUBAHAN ITU DAPAT BERMULA DARI SEBUAH KEKECEWAAN

Ada yang kecewa terus berbuat negatif, namun tidak sedikit pula yang menggunakan kekecewaannya itu untuk meraih KESUKSEZAN!!!
So, terserah Anda!!

Jakarta,12 Juni 2010

7 Jun 2010

Anak-anak ini...Oh What a nice heart

Ini bukanlah cerita yang exxtraordinary, tapi cerita biasa yang bagiku ini luar biasa. Aku kos di rumah ibu kos, ya iya lah masa rumah tetangga. Nah, cucu-cucu ibu kos biasa maen atau sekedar ngambil sepeda di dalam rumah. Hari minggu kemaren, mereka, tepatnya kakak beradik Ikbal, Rafli, Yogi dan beberapa temannya lagi asyik mainan ikan cupang di depan rumah. hi hi hi, jujur aja aku sering denger ikan cupang, tapi baru liat wujudnya kemaren. Nah salah satu anak kecil, temen si Yogi (si bungsu) minta dibeliin juga sambil ngasihin uang 1000 rupiah ke si Sulung, Ikbal...
Tak berapa lama, Ikbal dan Rafli masuk ke rumah (kosku) untuk mengambil sepeda. Kira-kira tak sampai setengah jam mereka kembali dengan membawa seekor ikan cupang baru yang dikandangin dalam plastik (dikandangin???ah pokoknya itu lah).
Ini dia bagian yang membuat aku sempet terhenyak. Si Kakak, Ikbal dengan cepat segera memasukkan sepedanya ke rumah dengan roda yang belepotan tentunya karena semalam hujan. He he he...jujur aja siyh, paginya baru aja aku pel, soalnya mumpung libur. Ihik ihik nangis batin ngliat lantai yang kotor lagi. Tapi dengan sigap Ikbal segera mengambil lap pel dan membersihkan noda-noda kotor di lantai. Ya ampyun, anak yang masih berumur kira2 8 tahun atau 9 tahunan udah tahu rasa tanggung jawab. cek cek cek...
Lain lagi dengan adiknya, Rafli. Dia tidak segera memasukkan sepedanya. Dia beranjak ke sumur, menimba air, mengambil air yang ditimbanya dengan gayung di kamar mandi umum, kemudian segera mengguyurkan air itu ke roda sepedanya. Beberapa kali ia lakukan itu hingga roda sepedanya bersih.
Tahu apa yang terjadi selanjutnya? Hm...
Dia tidak memasukkan sepeda ke rumah dengan menuntunnya, tapi mengangkatnya... Padahal sepeda ma Rafli gedean sepedanya...ehm ehm ehm..
Aku mau bantuin, tapi aku cuma bilang ke dia, "Ayo Dek, bisa... pasti bisa..."
Dan dia bisa.. walaupun dengan susah payah. Mungkin umurnya sekitar 6 atau 7 tahunan lah... Badannya juga kecil, kurus. He he he...

Aku pun tak habis pikir dibuatnya, yang aku tahu mereka selalu bersegera mengembalikan sepeda ke rumah setelah bersepeda di luar. Dan baru kali itu aku melihat mereka dengan segera pula membersihkan lantai yang habis ku pel. Biasanya sih ga deh...

Pelajaran pertama : jangan menunggu besar untuk memiliki rasa tanggung jawab. Mereka yang masih kecil-kecil itu sudah bisa menjaga sepeda masing-masing, selain itu juga mereka bersedia menjaga lantai rumah agar tetap bersih.
Pelajaran kedua : Ikbal dan Rafli memiliki pemikiran dan cara berbeda dalam menyikapi permasalahan. Di sinilah saya semakin yakin bahwa masing-masing anak/individu memiliki caranya masing-masing untuk menghadapi suatu hal, dengan problem yang sama, tapi antara kakak dan adik yakin akan caranya masing-masing.

What a nice heart... Anak-anak yang bertanggung jawab...

Jakarta, 6 Juni 2010