Jangan keburu emosi Coy… mbok dibaca dulu. Tapi nek ga dibaca, juga gapapa kok, bukan aku yang rugi, sampeyan yang rugi. He he he.Sengaja aku ambil judul itu, yah… buat kontroversi ajah… Kenapa aku ngambil judul itu? Yah ini nanti akan kuceritakan selengkapnya di bawah. Tapi karena memang intinya banyak yang menyalahgunakan kebolehan, ingat lho ya Cuma KEBOLEHAN, untuk berpoligami sebagai legitimasi keinginan atau kasarnya nafsu beberapa orang. Ini bermula ketika terjadi obrolan ga serius antara aku dengan si Fulan (bukan nama sebenarnya). Begini ceritanya…
“Assalamualaykum…”, sapanya.
“Wa’alaykumussalam warahmatullah…”, jawabku..
Dan bla bla bla bla… ngobrol ngalor ngidul ga jelas gitu deh… Sampai pada satu pertanyaan yang bikin aku tersentak.
“Ya, bagaimana pendapatmu tentang poligami?”
Mbok yakin aku ga sempet berfikir banyak, Cuma dia memaksa terus biar aku ngejawab.
“Yo boleh aja berpoligami, orang Allah bilang boleh kok. Njuk piye?(terus gimana red.)”
“Kamu mau dipoligami?”, dia nanya lagi.
“Ya mau aja, asalkan alasannya bener….”
Dia makin penasaran, “Alasan piye maksudmu. Emang alasan yang bener yang seperti apa?”
“Wah nek itu panjang, dan ga bisa diceritain lewat telepon”, aku rada ketus ngejawabnya.
“Ya bisa aja nek kamu mau”.
Orang ini bener-bener ngeyel ya?
“Wegah…(Ogah red.) “, aku bersikukuh untuk tidak menjelaskan secara detil. Kemudian aku balik nanya,
“Emang Mas udah ada niatan mau poligami po?”
Dia diam sejenak, au tuh lagi mikir atau keselak. Hua hua hua…
“Ya, ada pikiran untuk itu. Kan dengan poligami, kita bisa membantu para janda. Takutnya timbul fitnah, ya sekalian aja dinikahi. Kemudian, suatu saat nanti kami kaum adam juga akan ditimpa suatu fase, mungkin puber kedua atau apa, gejolak syahwat dan karena ditakutkan terjadi zina, ya mending kan poligami. Ya to? Dan masih banyak alasan-alasan yang lain…”
Kemudian satu persatu dia mengungkapkan apa yang ada di pikirannya tentang poligami. Aku hanya ndengerin, walaupun pingin rasanya ikut menyampaikan apa yang menjadi pandanganku. Aku berusaha untuk menghormati apa yang menjadi opininya. Mungkin dia bisa ngomong seperti itu karena lingkungan keluarganya, atau lingkungan religinya itu. Karena di kalangan ulama sendiri juga terdapat berbagai macam pandangan. Dan toh nyatanya mereka juga saling menghormati. Lalu dia nanya sesuatu,
“Kenapa kamu setuju dengan poligami?”
“Ya apa ya? Karena Allah membolehkannya, udah itu aja, titik. Ga ada alasan lain. Mosok Allah bilang boleh, terus kita melarangnya? Emangnye lu siape? Tapi perlu Mas tahu, bahwa wanita manapun ketika melihat suami mereka bersanding dengan wanita lain, mereka pasti akan merasa gimana gitu, ada perasaan ga nyaman di hatinya. Tapi jujur, kalaupun terpaksa aku harus dipoligami, asal ngeliat suami kita bahagia, itu aja udah cukup membuatku bahagia kok, walaupun sakit di dalam hati. Makannya, aku nyari suami yang dia sayang sama aku, dan aku pun sayang sama dia. Suami yang sayang sama istri, pasti akan berusaha sekali untuk menjaga perasaan istrinya kan? Jadi sebisa mungkin ga akan berpoligami to? Dan sebenernya masih banyak yang mau aku omongin, tapi ga sekarang. Pastinya tentang poligami. Intinya aku rela aja dipoligami, asalkan yang berbicara bukan nafsu, melainkan ilmu. Nah, padahal yang tahu itu nafsu atau bukan, itu kan hanya dianya sendiri dan Allah. Betul to?”
Pembicaraan tadi membuatku berfikir, dan ingin berbagi dengan elo elo pade… Sebelum melaksanakan sesuatu, carilah dulu ilmu tentangnya, ya kan?
POLIGAMI… mungkin menjadi momok bagi sebagian wanita… Nyok, kite liat latar belakang dari adanya aturan poligami itu. Kita gunakan mesin waktu untuk kembali ke masa dimana Rasulullah SAW masih hidup. Jaman jahiliyah… Bagaimana keadaan wanita saat itu? LOW POINT!!!
Lahirnya bayi wanita, eh perempuan, merupakan aib bagi sebuah keluarga. Dan lu tahu ga? Bayi-bayi imut itu, langsung dikubur hidup-hidup ko? Piye tanggapanmu? BAYANGPUN!!!
Nah, itu padahal baru bayi, dimana mukanya masih lucu dan imut2, belum ada dosa sama orang lain saat itu. Apalagi, nek udah gede. Udah jelek, udah nyebelin, tambah lagi amit2. HE HE HE… kebayang donk perlakuan apa yang bakal wanita-wanita itu terima.
Dari sebuah buku yang saya baca, wanita-wanita di jaman itu, bisa dibilang beruntung ketika mereka bisa menjadi wanita simpanan alias selir, dijadikan istri kesepuluh, keduapuluh, atau kesekian, pokoknya dijadikan pemuas nafsu ajah. Lho?? Itu beruntung lo katanya… Nek jaman saiki, ogah lah…
Nah, seorang wanita dikatakan memiliki keadaan paling jelek, setelah dikubur hidup2 bersama suaminya yang meninggal duluan(pernah terjadi di kekaisaran Mesir), adalah ketika dia dijadikan pemuas nafsu, kemudian dengan indahnya, mereka dicerai, atau diusir, pokoknya dibuang, bak tisu setelah dipakai. Wah… mbayangin ga tuh?
Termasuk di Arab, nek udah dibuang kayak gitu, atau tak bersuami, status mereka seakan-akan menjadi menjijikkan. Luntang lantung, ga ada yang ngurusin (maklum lah, jaman dulu kan wanita ga kayak sekarang. Sekarang kan wanita2 bisa mandiri, bahkan bisa menjadi wanita karir), apalagi di tengah ganasnya gurun pasir Arab. Belum lagi, ada cowok cowok jail. Nah loh….
Oke, kita tinjau dari sisi Islam ya? Al Quran, diturunkan sebagai Rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi semesta alam, yang akan menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dan inilah yang terjadi di masyarakat, ga mungkin kalau Islam ga ngurusin, atau ga mengeluarkan aturan tentang poligami. Soalnya di saat itu, issue tentang poligami memang sudah ada, ga Cuma empat istri, bahkan di Cina, ada kaisar yang berisitri 300.000 biji. He he he
Belum lagi selir2nya. Wakakaka…
Nah, kita liat yuk apa maksud Al Quran menurunkan aturan tentang poligami :
membatasi, sekali lagi MEMBATASI praktek poligami dengan istri2 yang tak terhitung jumlahnya.
Melindungi hak-hak para istri buangan alias janda, agar bisa tetap hidup.
Dan perlu diingat, itu hanya kebolehan, bukan anjuran untuk melakukan poligami.
Dll, silahkan cari di artikel yang lebih terkait dan terpercaya lainnya.
Aku Cuma ingin beropini, berdasarkan apa yang disampaikan oleh beberapa pandangan, dan kajian2 yang saya ikuti.
Kalau bisa satu istri, pasti kami selaku wanita, akan amat sangat menghargai sang suami. DIJAMIN!!!
Saya akan membolehkan suami menikah lagi andaikata sudah tak ada jalan lain kecuali dengan poligami, misal aku sakit menahun sehingga tak bisa memenuhi hak suami. Maka aku relakan beliau didampingi selainku. Tapi kalau alasannya, misal kayak orang yang tadi ngobrol sama aku, yang kuceritain di atas, itu kan masih ada alternative lain selain dengan poligami.
Kalau mau mbantu janda, toh istrinya yang disuruh terjun langsung kan bisa? Lagian, janda2 jaman sekarang, bukanlah janda2 yang ada di jaman Rasulullah SAW. Liat ajah, mereka justru heppy tuh dengan kejandaannya.
Kalau untuk menghindari perzinahan, semua orang, ga Cuma para cowok, juga mendapat ujian yang sama. Menjaga diri dari perzinahan. Pasti bisa Kok!!! Aku yakin itu… Salut buat para suami yang setia, dan mampu menjaga diri.
Apapun alasan yang diungkapkan seseorang ketika dia mau berpoligami, alasan yang sebenarnya, apakah itu nafsu atau ilmu, hanya dia sendiri dan Allah yang tahu. Hati-hati, karena nafsu itu kerjaannya setan. Dan semakin orang beralasan, semakin memperjelas kelemahan dan kekurangan mereka. Ga percaya? Lha wong mung alesan kok!!
Sampean mau berpoligami karena apa?
Tanya saja pada hati nurani sampean. jawabannya ada di situ, semoga bukan nafsu yang berbicara…