19 Jun 2010

Berlian di Permata Hati, Bogor...

Aku dan Ina sampai mungkin tak lebih dari jam 11.00 dan langsung bertemu dengan mba Saroh, salah satu pengurus panti. Kemudian bertemu dengan pengurus panti yang lain, yaitu mba Umi. Dan mereka berdualah yang mengurus ke-13 anak di Panti Asuhan Permata Hati, Bogor. Saat itu perbincangan kami masih kaku, dan sedikit terkesan formal. Anak-anak panti pun belum diperkenalkan kepada kami. Bisa jadi, karena masih awal dan belum ada yang mencoba melakukan ice breaking (ice cream sih udah). Tapi kami terus saja bertanya, dan memang rasa ingin tahu kami lumayan besar. Baiklah, deskripsi saya berikutnya akan lebih bersifat subyektif, karena ini yang aku lihat, bukan yang "kami" berdua lihat.

Sesaat kemudian aku keluar untuk membeli amplop di warung. Aku tinggalkan temanku di sana bersama dengan mba Umi dan mba Saroh. Sekembalinya dari warung, aku diperkenalkan dengan anak-anak panti. Dua masih balita, Ata yang baru berumur 40 hari, diasuh oleh mba Umi, dan dia dititipkan ibunya, tapi insyaALLAH dua tahun lagi akan diambil. Alasan ibunya karena sang Bapak sudah tidak ada dan dia harus bekerja. Sedangkan yang satunya masih berumur 30 hari, si mungil yang aku lupa namanya. Tubuhnya kecil, mungkin lahir prematur, beratnya cuma 22,5 Kg. Dia ditinggalkan di rumah sakit dengan alasan yang tidak diketahui. Dia diasuh oleh mba Saroh. Lucu-lucu anaknya, apalagi si Ata. Tapi aku belum berani gendong.

Jumlah total anak asuh Panti ada 39 anak, akan tetapi ada sebagian yang di Jl. Roda. Tempat yang aku datangi ada di Jl. Mushola, Kopem, Ciparigi, Bogor. Untuk saat itu memang ada 10 anak-anak di atas lima tahun. Satu persatu anak-anak itu memperkenalkan diri. Ada Wahyu yang sudah kelas 4 MI (SD red.), ada Agil, A'ip, Wanda yang juga kelas 4, Dika yang dapat rangking di kelasnya, ada Reisar, maaf aku belum bisa hapal semuanya. Tapi yang paling aku ingat adalah kakak beradik, Dika dan Diki yang baru seminggu masuk di panti. Mereka masih berumur 6 dan 5 tahun. Ayahnya tertabrak kereta, dan ibunya menitipkan mereka berdua di panti, sampai batas waktu yang tak ditentukan. Who knows???
Selain yang masih anak-anak, ada dua yang telah berumur 20 tahun dan satunya lagi berumur 26 tahun yang tugasnya menjaga adik-adiknya.

Pelan-pelan aku mendengar mba umi dan mba Saroh bercerita tentang latar belakang kenapa anak-anak itu bisa sampai ke panti. Rata-rata anak-anak itu sudah ada di panti sejak bayi. Ada yang memang sengaja dititipkan orang tuanya, ada yang memang ditemukan. Ada beberapa yang beralasan karena tidak mampu membiayai anaknya kemudian menitipkan mereka di sana. Namun sayangnya, orang tua tersebut tidak pernah mengunjungi anaknya.

Setelah berkenalan, mereka segera bermain lagi. Awalnya mereka memang masih agak canggung dengan kami. Tapi kemudian aku keluar bersama mereka untuk mengambil beberapa gambar gedung dan anak-anak itu. Lama-lama mereka pun sudah mulai bisa akrab dengan kami. Apalagi saat aku menyuruh mereka untuk berkumpul dan berfoto bersama. Hm... ada senyum-senyum indah di wajah masing-masing anak. Satu anak yang agak aku nilai apatis, Wahyu. Namun aku yakin, dia anak baik yang pelan-pelan akan bisa mempercayai kami. Dan aku yakin diantara anak-anak lain, Wahyu memiliki potensi kepemimpinan yang menonjol.

Ada beberapa hal yang sempat membuatku tertegun, pertama, mereka bermain sepak bola hanya dengan bola kecil yang mungkin hanya sebesar bola tenis. Kemudian yang kedua, mereka bermain bulutangkis dengan papan sebagai raketnya, dan batu kecil sebagai kok-nya.
Hmmm...

Tiba saat sholat. Lagi-lagi aku pun terhenyak. Rendy anak paling kecil, mungkin masih berumur tidak lebih dari 5 tahun, begitu mendengar adzan, dia langsung berteriak..."Sholat Ma, aku mau sholat..." Rendy pun segera diantar mba Saroh untuk wudlu dan disusul oleh anak-anak yang lain. Memang untuk urusan ibadah, aku akui, aku kalah cepat. Ngaji pun dua kali, jam 16.00 dan setelah magrib. Selain itu ada guru les yang berkenan mengajar mereka. Semua sudah terjadwal.

Setelah sholat, aku dan Ina berniat pulang. Namun aku sempat ngobrol dengan anak-anak itu, sesaat sebelum mereka makan siang. Untuk kesekian kalinya aku bertanya nama ke mereka, soalnya memang aku susah menghafal dan jumlah mereka pun banyak. Tapi bukan itu yang ingin kubahas. Aku sempat bertanya kepada masing-masing, "Apa cita-citamu?"
Subhanallah, luar biasa. Tak perlu waktu lama, mereka berebutan menjawab.
"Aku ABRI"
"Aku Tentara" (sebenernya sama aja siiiyh)
"Aku Kyai", teriak si Dika besar.
"Aku ingin jadi masinis", tiba-tiba Dika kecil nyeletuk.
Mba Umi segera nyelonong masuk ke obrolan kami, "Waaah pingin balas dendam yaaaa...."
Aku masih belum ngeh kalau ayahnya Dika kecil meninggal karena tertabrak kereta. Begitu nyadar, aku sempet terdiam, ga tahu mesti ngomong apa lagi.
Aku buru-buru nyambung, "Gapapa jadi masinis...Bagus kok"
Kemudian aku alihkan pembicaraan ke hobi. "Adek-adek hobi sepak bola?", tanyaku sambil menyapu pandangan ke mereka satu persatu.
"Ya, tapi lagi seneng maen raketan". Mereka menyebut badminton dengan raketan, yang sebenernya bukan raket, tapi papan.
"Oh pake kayu itu ya?", tanyaku.
"Belum punya raket yang beneran ya?"
Mereka semua mengiyakan. Ada yang bilang karena harus beli, ga ada duit, ada yang bilang gampang rusak. Tapi aku mengambil kesimpulan karena memang belum ada dana untuk itu. Aku sempat mengetahui bahwa kebanyakan dana donatur memang untuk keperluan sehari-hari, bangunan, dan biaya operasional, termasuk biaya seragam sekolah dsb.
"Oke, insyaALLAH minggu depan kalau ada rejeki, aku bawain yaa...Tapi inget, harus dijaga baek2...Oke?"
Wajah mereka kelihatan cerah dengan harapan itu. Hm... Mudah2an Allah memudahkan niat dan rencana kami untuk mengadakan raket dan bola sepak untuk mereka.

Ada satu hal lucu ketika aku mau pulang. Tiba-tiba si Dika besar masuk ke kamar dan keluar sambil membawa buku dan pulpen.
"Teh, minta tanda tangan...", katanya.
Aku duduk di sofa yang kemudian dengan cepat dikerumuni anak-anak yang lain, dan mereka melihat aku menandatangani buku Dika, lengkap dengan nomer HP ku juga.
Aku tersenyum dan ga nyangka kalau respek mereka sampai segitunya.

Dan Ada satu pertanyaan yang membuatku sedikit terharu.
Wahyu bertanya, "Minggu depan teteh kesini lagi?".
Aku ga bisa nerangin ekspresi dia saat menanyakan itu. Tapi aku akan mengutip sms dari Minar Windari, begini bunyinya :

"IYA, MEREKA GREAT,KUAT...HIDUP DAN TUMBUH DENGAN KASIH SAYANG TERBATAS. KADANG SIMPATI DARI ORANG-ORANG DATANG, PADA HARI ITU MEREKA SENANG, TAPI CUMA, SETELAH ORANG-ORANG ITU PULANG, MEREKA KEMBALI SEPERTI BIASA, DI KEHIDUPAN PANTI, SAMBIL BERHARAP ORANG-ORANG ITU AKAN KEMBALI LAGI...BUKAN HANYA SUMBANGAN YANG MEREKA HARAPKAN, NAMUN JUGA PERHATIAN DAN KASIH SAYANG... SEBAGIAN ATAU MUNGKIN SEMUA BERHARAP PUNYA KELUARGA, DIADOPSI. TAPI SAYANGNYA TAK SEMUA MENDAPATKAN ITU. ADA YANG HARUS MENGHABISKAN MASANYA DI PANTI SAMPAI MEREKA HARUS BISA HIDUP MANDIRI..."

Betul banget...itu yang kadang dilupakan orang, bukan hanya simpati namun juga empati. Doakan semoga kita semua bisa menjadi teman bagi mereka, ga cuma kemaren, namun jg seterusnya...
Dan bukan mereka yang belajar dari kedatangan kami, namun sebaliknya...

Masih SMS nya Minar :

"TAPI ANAK-ANAK PANTI JUGA GREAT, MEREKA KUAT, SEPERTI KAMU BILANG, ALLAH TAHU KITA KUAT DAN BISA, YAH WALAUPUN GA KUAT-KUAT AMAT KAYAK BAJA STAINLESS C..DALAM HATI PASTI NANGIS, INGIN MERASAKAN JUGA SAAT MELIHAT ANAK-ANAK LAIN DENGAN KASIH SAYANG ORANG TUANYA. TP MEREKA NANGISNYA GA TERLIHAT, KRN KEADAAN YANG MEMBUAT MEREKA TIDAK TERBIASA UNTUK MELAKUKAN AKSI BUANG-BUANG AIR MATA. TAPI TANGIS DALAM HATI ITU SEBENERNYA LEBIH PERIH..YANG SERING MEREKA RASAIN..."

Kadang, betapa bodohnya kita menganggap kita mahluk paling sengsara di dunia, padahal lihat anak-anak ini? Sekecil itu sudah harus dihadapkan dengan kehilangan yang luar biasa. Kita baru kehilangan pacar aja udah mau bunuh diri. Naudzubilaaah...

O ya, rekan-rekan semua ini kekurangan-kekurangan yang sedang dibutuhkan oleh Panti Asuhan Permata Hati, semoga teman-teman terketuk hatinya dan berkenan membantu :
- Kasur, karena ranjang lebih banyak dibanding kasur
- susu SGM, pampers, minyak telon, untuk si balita
- sembako untuk semua. kami sempat tahu mereka makan siang dengan tahu, ikan asin, dan sayur sawi (yang masak anak-anak juga dibantu mba nya)
- pakaian layak pakai, lebih bagus lagi kalau yang baru
- seragam sekolah dan sepatu untuk Dika, Diki yang akan masuk sekolah.

O iya teman2, tanggal 21 Juni ini Wanda ulang tahun... Andai ada yang berkenan mengucapkan ulang tahun silahkan hubungi HP saya, nanti saya kasih nomer HP pengurus pantinya...

Dan, insya ALLAH minggu depan, maybe ahad, kita rencana ke sana lagi, membawa raket beneran dan bola sepak. Kiranya teman-teman berkenan membantu dalam pengadaan raket dan bola juga. Biar mereka bisa maen dengan enak..Lho? Rencana sih mau beli, tapi patungan.

Terima kasih buat Anda karena telah sabar membaca artikel sepanjang ini.
Buat Ina, tengs udah mau nemenin
Buat Minar, tengs udah bikin kalimat penutup yang sangat indah...Bisa bijak juga lu ya? masih muda gituh...hehehe

(ah wis mbuh bahasane campur2...)disini gunung disana gunung, ditengah2nya pulo jawa
dia bingung, sampean yo bingung, ya udah gapapa...

@Jakarta, 19 Juni 2010 -- 22.00
Keterangan lebih lanjut, buka http://permatahatibogor.wordpress.com/