Sebenernya si aku udh posting di Fb tentang perjalanan hijrah walaupun ga detail karena malu, kek keren amat pake istilah "hijrah". Hijrah itu dr yang baik ke yang lebih baik, lah aku mah dari yang minus ke nol doang itu beraaaaaaaaaaadhhhh mameeen.
Okei, ya smeoga bukan karena mo riya ya karena namaku juga udah Ria dari lahir. But anwyay, tantangan pertama bukan soal harta sih menurut akoh. Tentang power syndrom, itu dulu. Biasa dihormati, pakai baju rapi, dipandang penuh gengsi dan macem-macem. Sekarang itu seperti diambil. Alhamdulillah dengan seperti itu aku jadi semakin yakin bahwa semua itu cuma titipan.
Orang memandang saya murni dari sikap saya. Yang sebenernya nyebelin abis sih. Tapi sudah tidak dinilai dari atribut. Dan ternyata memang penilaian orang karena atribut itu palsu aja yekan?
Saya mencoba jualan angkringan. Tapi yang bikin saya nangis di awal awal saat aku nawarin ikan asap, saya jual keliling, nawarin door to door. Kadang ditolak, ditawar habis-habisan, bahkan ada yang dengan nada seolah olah aku tuh maling, "Lah opo ki? larang men aku biasa tuku iwak koyok ngene di pasar segini dan segitu!!!", terus sebelum aku jawab kenapa harganya beda dia udah ngeloyor pergi. Seolah aku tuh penipu ! Yelah bu, dsini ga ambil untung segunung, asal bisa buat beli beras aja. Masya Alloh, dan di jalan pulang ke rumah dengan dagangan yang masih full, sambil netesin air mata aku berucap "Hasbunalloh wani'mal wakil, ni'mal mawla wani'mannatsiir".
Teman, sungguh kek gitu bukan perjalanan yang mudah bagi saya, mengenang track record saya sebelumnya yang selalu dicari dan dihormati orang (karena ada maunya sih), walaupun saya tahu itu semua palsu. hehehehe.
Selalu aku tanamkan bahwa sebentar lagi, sabaar, Alloh pasti penuhi janji.
Di awal awal resign dengan segala permasalahannya saya mengalami masa transisi dimana berat sekali untuk mengucapkan hal tersebut, malah lebih tepatnya seperti menuntut ke Alloh (aku sudah begini dan begitu, mana ya Alloh mana?). Saya sadar yang paling berat memang masa transisi yang sebelumnya kita menggantungkan diri ke gaji alias harta, dan sekarang berserah sepenuhnya untuk percaya bahwa Alloh lah yang memberi semua. Dan tidak ada maksud lain dariNya kecuali memberikan yang terbaik. Karena apa?? Karena Tuhan adalah Dzat yang paling baik dan tulus sama saya.
Teman? ya ada sih, tapi seiring waktu mereka tereliminir dengan sendirinya ketika aku meminta bantuan ke mereka sekedar untuk beli gas atau obat, dan mereka yang katanya gajinya di atas Rp10 juta hanya bisa bilang, Sorry Yak ga bisa bantu. Masya Alloh..
Anehnya bantuan seringkali datang dari insan yang notabene tidak lebih beruntung dari saya. Dia hanya punya 500rb untuk sebulan dengan dua anak. Karena sekali lagi, bukan harta yang mencukupi, tapi Alloh lah yang memberikan nikmat rasa "cukup" sehingga diberi ilham untuk membantu orang lain.
Tidak semua teman-teman di Bank dulu yang masih peduli. Sad, but's true. Tapi okelah, dengan seperti ini saya jadi paham, mana yang tulus dan mana yang bulus. Hehehehe
#xbank
#ceritahijrah
#xbank.indonesia
#exbankir
#exbanker
#mantantentarariba
#riba
#bank
#perbankan
Okei, ya smeoga bukan karena mo riya ya karena namaku juga udah Ria dari lahir. But anwyay, tantangan pertama bukan soal harta sih menurut akoh. Tentang power syndrom, itu dulu. Biasa dihormati, pakai baju rapi, dipandang penuh gengsi dan macem-macem. Sekarang itu seperti diambil. Alhamdulillah dengan seperti itu aku jadi semakin yakin bahwa semua itu cuma titipan.
Orang memandang saya murni dari sikap saya. Yang sebenernya nyebelin abis sih. Tapi sudah tidak dinilai dari atribut. Dan ternyata memang penilaian orang karena atribut itu palsu aja yekan?
Saya mencoba jualan angkringan. Tapi yang bikin saya nangis di awal awal saat aku nawarin ikan asap, saya jual keliling, nawarin door to door. Kadang ditolak, ditawar habis-habisan, bahkan ada yang dengan nada seolah olah aku tuh maling, "Lah opo ki? larang men aku biasa tuku iwak koyok ngene di pasar segini dan segitu!!!", terus sebelum aku jawab kenapa harganya beda dia udah ngeloyor pergi. Seolah aku tuh penipu ! Yelah bu, dsini ga ambil untung segunung, asal bisa buat beli beras aja. Masya Alloh, dan di jalan pulang ke rumah dengan dagangan yang masih full, sambil netesin air mata aku berucap "Hasbunalloh wani'mal wakil, ni'mal mawla wani'mannatsiir".
Teman, sungguh kek gitu bukan perjalanan yang mudah bagi saya, mengenang track record saya sebelumnya yang selalu dicari dan dihormati orang (karena ada maunya sih), walaupun saya tahu itu semua palsu. hehehehe.
Selalu aku tanamkan bahwa sebentar lagi, sabaar, Alloh pasti penuhi janji.
Di awal awal resign dengan segala permasalahannya saya mengalami masa transisi dimana berat sekali untuk mengucapkan hal tersebut, malah lebih tepatnya seperti menuntut ke Alloh (aku sudah begini dan begitu, mana ya Alloh mana?). Saya sadar yang paling berat memang masa transisi yang sebelumnya kita menggantungkan diri ke gaji alias harta, dan sekarang berserah sepenuhnya untuk percaya bahwa Alloh lah yang memberi semua. Dan tidak ada maksud lain dariNya kecuali memberikan yang terbaik. Karena apa?? Karena Tuhan adalah Dzat yang paling baik dan tulus sama saya.
Teman? ya ada sih, tapi seiring waktu mereka tereliminir dengan sendirinya ketika aku meminta bantuan ke mereka sekedar untuk beli gas atau obat, dan mereka yang katanya gajinya di atas Rp10 juta hanya bisa bilang, Sorry Yak ga bisa bantu. Masya Alloh..
Anehnya bantuan seringkali datang dari insan yang notabene tidak lebih beruntung dari saya. Dia hanya punya 500rb untuk sebulan dengan dua anak. Karena sekali lagi, bukan harta yang mencukupi, tapi Alloh lah yang memberikan nikmat rasa "cukup" sehingga diberi ilham untuk membantu orang lain.
Tidak semua teman-teman di Bank dulu yang masih peduli. Sad, but's true. Tapi okelah, dengan seperti ini saya jadi paham, mana yang tulus dan mana yang bulus. Hehehehe
#xbank
#ceritahijrah
#xbank.indonesia
#exbankir
#exbanker
#mantantentarariba
#riba
#bank
#perbankan