22 Feb 2016

Kenapa Tuhan Benci Riba (1)

Karena riba bukan hanya halal atau haram. Maaf ya tapi tidak sedikit yang bilang "SEKEDAR"halal atau haram, yang ujung-ujungnya menghalal halalkan saja sesuatu yang disebut riba itu.


Berawal dari kegundahan hati ketika diterima di instansi ini. Tahun 2010 akhir, ketika mau pengangkatan, dan posisi masih di Sukabumi. Berkali-kali aku bertanya sama senior ane, Pak Ijoel. Dia ilmu agamanya lumayan tinggi, dan dia sama sama seneng ngobrol soal agama. Dari sejak masuk pada bulan April 2010 hingga saat itu, tetap aja pikiran bertanya-tanya, ini boleh gak boleh atau gak. Karena saya hanya sebatas pada ketentuan, tanpa tahu hakikatnya kenapa riba itu haram.

Dan tidak bisa dipungkiri bahwa pada saat itu gaji pegawai bank dengan grade saya itu cukup menggiurkan. Apalagi saya bukan anak orang berada, apalagi emak ane, dia seneng bukan hanya karena anaknya bakalan dapet gaji miliaran (menurut dia, padahal ya gak), tapi juga gengsi nya.
Di keturunan ane yang sebagian besar adalah Guru, pegawai bank adalah impian. Saya dianggap menyimpang, menyimpang yang wih... Keren. Pada saat itu. Saat itu saya masih seperti katak dalam baskom, yang sempit pengetahuannya belum tahu bahwa debitur debitur ane pendapatannya jauuuuuuh dari kami yang mengelola kreditnya. Atau belum ngerti apa itu blogger, trader yang kerja dari rumah, pake kaos dalem, pakai sarung aja. Dan masih banyak kerjaan yang lebih mentereng yang gajinya dua kali lipat dari pegawai bank.

Dan itu alasannya kenapa pas acara take me out Indonesia, semua cewek matiin lampu pas tahu kerjaannya adalah pegawai Bank. Hahahahaha ketawa aja waktu itu. Berarti mereka udah pada tahu, calon pacarnya bakalan gak ada waktu dan duit. wkwkwkwkw.

Dan pertanyaan aku belum bisa terjawab, kenapa Tuhan melarang riba. Tapi satu hal yang aku tahu, kebanyakan dari senior seniorku pun sebenernya...duluuuu kala, pada pengen keluar, tapi ada banyak bisikan, ëman-eman, mau kerja apa, gaji berapa, dan masih banyak tanggungan, dan lagi dan lagi, yang ujungnya hanya jadi keinginan. Dan akhirnya keinginan itu mereka pelihara sampai pensiun.

Ketika sudah memasuki usia 30an dia akan bilang, sekarang tanggungan saya sudah banyak mau keluar jadi mikir-mikir lagi. Akhirnya mereka ÏKHLASKAN diri mereka bergumul di bank hingga akhir usia. Ayoo siapa yang suka pakai kata-kata IKHLAS di tempat yang tidak tepat???

 Lanjut ke trit ane yang berikutnya ya gan. Daripada pada bosen bacanya.


Salam Sukses
#IndonesiaTanpaRiba