Pernah denger gak kalau ada orang yang bermaksiat tapi sholat istiharoh dulu?
Atau orang mau minum Alcohol tapi baca bismillah dulu? Mau bunuh orang tapi berteriak Allohu Akbar??
Hehehe agak lucu dan gak nalar ya sebenarnya.
Sebelum masuk ke inti pemikiran aku kali ini, aku mau sharing satu hal dulu. Mungkin sudah pernah ada yang denger cerita ini sih. Tapi ga apa lah ya.
Kita sama-sama tahu bahwa Nabi Musa terkenal sebagai Nabi yang tegas dan terkesan kejam, menurut ane si. Nah keistimewaan nabi adalah doanya lebih mustajab dibanding kita kita ya (hahah guwe aja kali). Suatu hari Nabi Musa melihat ada sepasang muda-mudi berzina. Dan seketika itu juga beliau marah besar, segera saja menengadahkan tangan untuk kemudian berdoa agar kedua muda mudi itu dicabut nyawanya. Seketika itu juga doa Nabi Musa diijabah.
Tidak berhenti di situ, ada lagi yang kek gitu (lagi trend kali ya). Lagi-lagi Nabi Musa marah dan meminta Tuhan menghukumnya dengan mencabut nyawanya. Dan Alloh pun mengabulkan.
Ternyata kejadian tersebut terulang, namun untuk yang ketiga kalinya Tuhan tidak langsung mengabulkan. Dan Tuhan menjawab doa Musa bahwa Tuhan pun ingin hambanya merasakan rahmatNya sehingga permohonan yang ketiga ini tidak dikabulkan. Alloh sangat menyayangi hambaNya, Dia ingin mereka diberi waktu untuk bertaubat. Alloh ingin mereka tahu bahwa Alloh pun Maha Pengampun.
Terlepas itu dari hadis shahih atau tidak, tapi cerita yang saya baca bertahun-tahun lalu sungguh menyentuh hati saya pribadi. Betapa Tuhan itu baik, dan apa yang jadi pemikiran saya anehnya tidak bertentangan dengan apa yang hati saya rasakan. Alloh itu baik, sangat baik. Dan kebaikannya itu termanifestasikan dengan kasih sayangnya, ampunannya, aturan-aturan yang dibuatnya agar kita gak jatuh di lobang kehidupan dunia. Hanya saja kita kadang kayak anak kecil yang dikasih tahu orang tua. Jangan main pisau, nanti kena pisau. Jangan ngebut, nanti jatuh. Dan masih banyak lagi peringatan-peringatan orang tua itu bukannya kita laksanakan malah bikin kita BeTe. Padahal Tuhan hanya menyebut satu frasa saja “HATI-HATI”.
Sama halnya dengan saya, kadang marah sama dedek bukan karena saya benci dia, tapi karena saya khawatir. Hmmm....
Sesaat mellow yah.
Aduh lupa mau sharing soal apah. Apa lanjut lain kali aja ya. Lah lali owk.
Sebenernya mencoba untuk keluar dari instansi yang menghidupiku selama kurang lebih 5 tahun tidaklah mudah. Berada di zona aman selama waktu itu cukup mengubah pola pikir dan gaya hidup selama ini. Dulu bisa irit bin hemat karena pas kuliah cuma ada uang 400rb per bulan, sekarang terima uang berkali lipat tiap bulan tapi anehnya malah gak ada tabungan, bisa ampai utang. Yaa walaupun gak sampai gali lobang tutup lobang siy. Tahu kenapa.
Bukan salah instansinya, tapi salah akunya. Keuangan tidak pernah terperinci kemana dan dari mananya. Belum lagi slogan pengeluaran mengikuti pemasukan yang dulu cuma mitos, sekarang menjadi realita. Wkkwkwk.
Nah baru inget deh mau sharing soal apa. Ini cerita happening banget di masanya. Masa masa SD pas ada sinetron Lorong Waktu. Jadi ada abid (ahli ngibadah red) yang sehari-harinya ngibadaah mulu. Di satu sisi ada juga amat (ahli maksiat red) yang sehari-harinya mabok-mabokan, main, mwedokan, hahaha maksa banget yak. Wedokan maksudku.
Di suatu masa yang sama, si abid entah ketempelan setan apa dia terbersit rasa “PENASARAN” ingin mencoba salah satu maksiat. Yang kecil aja lah, mabok karena dia lihat kayaknya asik. Kali aja bisa mengajak mabokers di dunia ini insaf.
Di saat yang sama si amat juga ketempelan setan baik, yang membuat dia penasaran gimana rasanya SHOLAT. Karena dia melihat si abid kok kayaknya hidupnya tenang dan damai. Dan akhirnya dua duanya sama sama melangkah mengambil tindakan atas kepenasaranan mereka. Lucunya mereka papasan di tengah jalan dan sama sama menyapa dan kasih selamat. Semoga berhasil dab.
Malang tiada sangka, di tengah jalan sebelum sampai ke tujuan dua duanya ketimpa musibah. Si abid kejatuhan genteng, si amat kejatuhan toa masjid. Ya anggap aja gitu soale aku lupa cerita persisnya.
Di sinilah terjadilah perang antara si malaikat pengantar ke surga dan satunya ke neraka. Mana yang harus dibawa? Hayoo tebakk. Yap jawabannya adalah si abid masuk neraka dan si amat malah masuk surga. Nah loooh.
Cerita kedua, ini soal si maksiat yang sudah ngebunuh 99 orang. Pas disensus sih, yang dibunuh beraneka macam dari yang muda, bayi sampai kakek nenek. Nah sama tuh entah ketempelan setan baik mana dia penasaran, apakah Tuhan masih mau menerimanya atau tidak karena dosanya sudah segunung lebih dikit.
Singkat cerita dia mendatangi kiai dan dia curcol. Dia merasa capek atas hidupnya selama ini, merasakan jauh dari kedamaian dan ketenangan. Intinya dia ingin bertaubat. Tapi dengan nada marah si kiai bilang kalau dosanya sudah tll besar dan sudah tidak bisa diampuni lagi. Si pendosa ini segera saja membunuh si kiai, karena kesal. habis si kiai songong sih. Ya sama sama gak diterima ini tobatnya, membunuh satu orang lagi gapapa keleus.
Naaah dia ketemu lagi dengan seserang, tapi orang ini dengan pedenya bilang Tuhan Maha Pengampun, bertobat lah. Ngaji sonoh ke sonoh.
Ga usah ba bi bu lagi, si pendosa ini berangkat menuju tempat di antah berantah untuk mengaji. Bertobat dan menjadi orang yang diberkati. Tapi baru beberapa langkah tiba tiba dia meninggal. Nah aku gak nanya nih dia ninggale kenapa. Soale belum sempat diotopsi keburu scene nya berubah.
Antara malaikat kebaikan dan keburukan berebut membawa roh ini. Si malaikat baik ini bersikeras membawanya karena si pendosa tadi sudah berniat untuk kebaikan, sedangkan si malaikat keburukan beralasan dia akan dibawa ke neraka karena sepanjang hidupnya hanya berisi keburukan dan kejahatan. Akhirnya diukurlah jarak antar jazadnya ke tempat terakhir kali dia berbuat maksiat dibanding dengan jarak jazadnya ke tempat ngaji. Ternyata sama. Hayooo luuuu siapa yang menang mampu membawa roh si pendosa ini. Apakah malaikat kebaikan atau malaikat keburukan??
Akhirnya si amat itu dibawa oleh malaikat kebaikan karena jarak antara tempat meninggal dengan tempat ngaji yang ditujunya lebih dekat dibanding dengan jarak pas ngebunuh si kiai. Saat terakhir kali dia bermaksiat.
Pasti ada yang nyimpulin deh, kalau gitu kita maksiat aja dulu baru bertobat kan tetep bisa masuk surga. Hm.. gak gitu juga kali yah gaes. Jadi maksud cerita-cerita di atas dalah gimana ikhtiar kita dalam berhijrah. Apakah sudah menjadi tindakan atau masih dalam angan-angan. Karena kalau masih dalam angan-angan aku rasa semua pendosa di dunia ini berangan-angan untuk bertaubat alias kembali ke rahmat Tuhan. Itu sudah alamiah, akan ada masanya hati pasti berontak ingin kembali kepada kebaikan. Cuma yang bedain adalah sampai mana kita merealisasikannya. Gitu gengs, jadi walaupun mungkin baru melangkah satu langkah saja, itu insya Alloh sudah menjadi jalanmu menuju kebaikan dan meniggalkan keburukan.
Semoga dengan surat pengunduran diri saya sebagai salah satu pegawai riba, menjadi satu langkah besar di hadapan Alloh nantinya. Amin. Hijrah tidaklah mudah, kalau mudah semua pasti sudah berhijrah. Berdoa saja dan doakan agar kami bisa kuat ngejalaninnya.
Jadi semoga yang sudah terlanjut nyemplung di dunia perhutangan, segera bertekad untuk menurunkan pinjamannya, dan segera pergi dari kepegawaian riba.
Salam Sukses
#IndonesiaTanpaRiba