3 Mar 2016

Cek Apakah Kamu Sakit Jiwa Karena Kantor

Aku gak tahu ya kalau yang di luar kewajaran. Karena akan selalu ada pengecualian pada semua hal. Ini analisis atas ketidaknyamanan aku sendiri. Dulu ketika aku masih lajang, eaa duluuuu….

Aku kerja dari Senin sampai Minggu sampai tengah malam di kantor, ngrasanya gapapa. Padahal sudah dalam tahap workaholic kritis.

Gimana ketahuannya?
Karena ketika mimpimu adalah tentang orang-orang kantor, bos-bosmu, dan juga penyeliamu, mimpi tentang ngerjain kerjaan kantor, dan juga mimpi laporan, nah itu tanda tanda workaholic akut. Saat itu kamu bakal ngrasa bahwa rumah adalah kantormu, kos kosan hanya sebagai tempat melanjutkan kerjaanmu, dan mandi. Tidur sebagai sarana untuk melanjutkan kerjaanmu di alam mimpi. Nah kamu butuh bantuan ustad untuk melepaskan jerat setan itu. Rukyah aja.

Dulu haram hukumnya pulang teng Go. Bisa digantung hidup hidup kamuh! Tidak boleh pakai headset, apalagi sandal di kantor.
Aku masuk di saat gap antara senior dan junior masih terlalu besar. Jadi aku berada diantara keduanya, Bagi juniorku aku dinaggap senior, dengan rentang usia yang tidak jauh bahkan ada yang lebih tua secara umur di atasku. Tapi jarak dengan senior cukup jauh. Maksudnya jauuuh lebih tua. Dengan situasi kerja yang serius. Bayangken aku masuk di Kantor Pati dulu, No headset, No Blackberry, No selop, No ketawa, karena kamu ngomong keras dikit aja orang-orang satu lantai bakal ngliatin kamu. Hahahaha. Masa yang indah!

Akhirnya para pengacau itu datang, setelah kurang lebih satu tahun bergulung di lingkaran kentut tadi. Bukan hanya berdua, tapi bergerombol. Hahaha angkatan di bawahku yang selisih usianya tidak jauh denganku, bahkan ada yang lebih tua secara usia. Tapi jiwa mereka muda. Itu yang bikin aku nyaman. Kembali nyaman. Jiwa yang bebas. Sebenernya si karena kelolaanku jadi dibagi, so ga sebejibun sebelumnya.

Akhirnya bisa bernapas lega sekarang. Pulang teng Go pede aja lagi, kan gak ada kerjaan lagi, mau ngapain? Karaoke, nyanyi nyanyi, ndengerin music pakai headset atau bahkan pakai speaker. Bercanda, ketawa dengan suara keras, ngebahas hal gak penting di web, analisa karakter berdasarkan bintang dan golongan darah, ah,,, Gilak emang tuh orang. Dan aku ikutan gilak. Gilak yang menyembuhkanku dari kerjaan. Menyadarkan bahwa aku juga berhak untuk kehidupan ku yang lain. 

Setelah punya anak, aku merasa kenyang…. Aku ingin istirahat dan main sama anakku. Saja. Pulang jam 5 dengan Pede tanpa merasa bersalah. Gak ikut pertemuan yang sampai malam, karena anakku lebih butuhin aku di rumah. Dan masih banyak kegilaan yang kelewatan lainnya.

Bukan hal yang baru ketika duduk di ruang rapat dihadapan Guru BK atau Kepala Sekolah. Sampai pada titik aku dipindah sekolah yang situasinya masih sama kayak yang di atas sebelum pengacau itu datang. Warbiyasah! Kayak dejavu, keulang lagi masa-masa itu.
Tapi, saya menolak untuk mengulanginya. Noo!!!
Bodo amat kalau ada yang bilang aku gak punya loyalitas, Lha dulu kemana pas aku pulang jam 2 malem naik sepeda sendirian dari kantor ke rumah? Di mana kamu pas aku gak bisa ijin padahal ibuku kecelakaan? Di mana kamu pas aku masuk sekolah malah dimarahi karena aku ijin sakit bebapa hari? Ya saat itu belum santer medsos kek sekarang, yang bisa jadi tempat pembuangan sampah. Masih baru, walaupun aku sudah punya fb, tapi belum aku kasih makan setiap hari kek sekarang. Sekarang, mamam nih (sambil nyanyiin lagu waljinah, “walang kekek”)

Salam Sukses
#IndonesiaTanpaRiba